Kegiatan pelatihan Bantuan Hidup Dasar ( BHD) untuk seluruh karyawan RSU Budi Rahayu Pekalongan telah dilaksanakan selama 2 (dua) bulan pada Juni dan Juli 2015 di aula rumah sakit. Pelatihan ini dibagi menjadi dua kelompok besar yakni kelompok tenaga medis dan kelompok tenaga non medis dengan menghadirkan beberapa narasumber yakni untuk Kelompok Medis menghadirkan dr.Bair Ginting Sp.BS; dr.Nuchrurita Sp. An; dr. Triyoga Santosa sp. An; dr. Diah Annisa Sp. An. Kelompok non medis didampingi oleh dr.R.A. Priyowidiyanto dan dr. Radjin Adiputra.

SAMSUNG CAMERA PICTURES

    Koordinator Diklat RSU Budi Rahayu, A. Wisnu Nugraha, mengatakan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan staf ketika melakukan pertolongan pertama pada pasien. Diharapkan dengan pelatihan ini Staf RSU Budi Rahayu mampu mempertahankan kemampuannya dalam memberikan bantuan hidup dasar pada pasien.

       Sebelum mengikuti pelatihan, seluruh peserta menjalani pre test untuk mengetahui pengetahuan awal peserta tentang bantuan hidup dasar. Pada akhir pelatihan, peserta kembali menjalani post test untuk mengetahui berapa persen materi yang telah diserap peserta ketika mengikuti pelatihan.

      Pada pelatihan itu pendamping, dr. Priyowidiyanto, menjelaskan bahwa bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang bertujuan mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi dan memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).

       Resusitasi Jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu : Survey Primer (Primary Surgery), yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Dan survey Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survey primer.

       Ketika melakukan survey primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi. Untuk dapat mengingatkan dengan mudah tindakan survey primer dirumuskan dengan abjad A, B, C, yaitu :

A     airway (jalan napas)

B     breathing (bantuan napas)

C     circulation (bantuan sirkulasi)

     Lebih lanjut dijelaskan bahwa sebelum melakukan tahapan A(airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada korban / pasien, yaitu : 1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong. 2.Memastikan kesadaran dari korban / pasien.

      Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban / pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban / pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! / Bu !!! / Mas !!! / Mbak. Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak “Tolong !!!” untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.

         Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban / pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. Yang harus diperhatikan, penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh.

       Segera penolong berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakan lutut. Setiap peserta mempraktekan cara memberikan bantuan B (Breathing) / pernafasan mulut dengan menggunakan peraga boneka yang sudah disiapkan. Tahap-tahapnya sebagai berikut : Memastikan korban / pasien tidak bernapas.

     Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban / pasien. Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban / pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka. “Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik,” demikian dijelaskan.

    Jika korban / pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5–2 detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 400 -500 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban / pasien terlihat mengembang.

   Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16–17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban / pasien setelah diberikan bantuan napas.

      Kegiatan pelataihan ini dikoordinir oleh Tim Diklat RSU Budi Rahayu. “Semoga dengan selesainya pelatihan BHD ini seluruh staff RSU Budi Rahayu siap memberikan BHD manakala diperlukan,” kata Pak Wisnu.

Leave a Comment