Masalah stunting jangan dianggap remeh ya Moms. Stunting merupakan permasalahan gizi di dunia, ada 165 juta balita di dunia dalam kondisi stunting. Delapan puluh persen balita stuting tersebar pada 14 negara di dunia dan Indonesia ada di posisi ke 5 untuk kasus stunting terbanyak di Dunia (UNICEF,2013). Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,2 %, atau 5,33 juta balita. Artinya satu dari 3 anak di Indonesia mengalami stunting (Kemenkes RI, 2021). Kondisi ini seringkali dianggap normal oleh para moms diluar sana dengan alasan keturunan. Jika seperti itu, apa masih bisa kita anggap tidak berbahaya?
Sebenarnya apa itu stunting moms? Dan apa ya dampaknya buat sikecil? Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Adapun menurut P2PTM Kemenkes RI dikatakan bahwa stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Masalah balita pendek menggambarkan adanya masalah gizi kronis yang di pengaruhi oleh kondisi ibu/ calon ibu, masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita serta masalah lainya yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan (Kemenkes, 2016).
Stunting pada balita perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan status kesehatan pada anak. Dampak dari stunting itu sendiri adalah badan lebih pendek/kerdil dari standar usianya. Kondisi ini berpengaruh.
Studi terkini menunjukan anak yang mengalami stunting berkaitan dengan prestasi di sekolah yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang rendah saat dewasa. Anak yang mengalami stunting memiliki kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi dewasa yang tidak sehat dan miskin. Stunting pada anak juga berhubungan dengan kerentanan anak terhadap penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular (PTM) serta peningkatan risiko overwight dan obesitas. Kasus stunting pada anak dapat dijadikan prediktor rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu negara. Keadaan stunting menyebabkan buruknya kemampuan kognitif, rendahnya produktivitas , serta meningkatnya risiko penyakit mengakibatkan kerugian jangka panjang bagi ekonomi Indonesia (Trihono dkk, 2015).
Jadi, bisa kita ketahui beberapa penyebab stunting ya moms, diantaranya adalah lingkungan yang kurang bersih, kurangnya gizi pada saat hamil, pola nutrisi MPASI yang tidak sehat, sikecil yang jarang mengkonsumsi buah dan sayur, dan jarak kehamilan yang terlalu dekat.
Moms juga bisa mengenali ciri – ciri anak dengan stunting, yaitu pertumbuhan anak yang melambat, wajah yang lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan gigi terlambat, berat badan balita tidak naik bahkan cenderung turun, di usia 8-10 tahun anak menjadi pendiam dan tidak melakukan kontak mata terhadap orang disekitarnya, mudah terserang berbagai penyakit infeksi ,serta mempunyai performaburuk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
Ada beberapa pencegahan yang bisa kita lakukan ya moms,yakni dengan pemenuhan nutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan sampai anak berusia 3 tahun, denga adanya akses terhadap sanitasi dan air bersih yang mudah dan penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), memberikan imunisasi pada sikecil, pemantauan rutin tumbuh kembang balita di Posyandu terdekat, pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu hamil, melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) saat melahirkan dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, serta pemeberian MPASI yang sehat.
Yuk moms, sama – sama kita cegah stunting demi masa depan anak – anak dan generasi mendatang yang lebih baik.
Sumber :
Depkes RI.(2020). Pedoman Umum Gizi Seimbang. Dirjen Bina Kesehatan Mayarakat, Direktorat Gizi Masyarakat.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013
Kemenkes RI. (2021). Buku Saku Pemantauan Status Gizi 2020. Direktorat Jendral Kehatan Masyarakat .
UNICEF.(2013). Improving Child Nutrition : The Achievable Imperative for Global Progress.