Temuan coronavirus mewajibkan tenaga medis mengetahui bagaimana pencegahan, tanda dan gejala, patofisiologi serta alat diagnosis. Maka dari itu dilakukan sosialisasi coronavirus (covid19),Handhygiene dan penggunaan APD dengan dr.Laurenz Lolly P,Sp.P dan dr.Monika Irma Santi di RSU Budi rahayu.
Pneumonia dapat menyerang siapa aja: anak-anak, remaja, dewasa muda dan lanjut usia, lebih banyak pada balita dan lanjut usia.
Apa itu Coronavirus?
Coronavirus merupakan virus Zoonotic transmisi dari hewan ke manusia
Coronavirus merupakan RNA virus, bersirkulasi di hewan, seperti unta, kucing, dan kelelawar. Hewan dengan coronavirus dapat berkembang dan menginfeksi manusia , seperti kasus MERS dan SARS serta kasus outbreak saat ini (2019-nCoV). Epidemi dua betacoronavirus SARS dan MERS mencapai 10.000 kasus (tingkat kematian 10 % untuk SARS dan 37% untuk MERS). Kode genetik 2019-nCoV mirip Corona virus SARS-like Kelelawar, dan mungkin bermutasi sebelum menginfeksi manusia, setelah diteliti lebih lanjut mirip coronavirus di ular (Ular makan kelelawar).
Virus masuk ke saluran napas atas -> bereplikasi di sel epitel saluran napas atas -> menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi hedding virus dari saluran napas dan virus dapat di gastrointestinal ->Respon imun innate dan spesifik
Masuknya 2019-nCoV ke dalam sel menginduksi keluarnya sitokin-sitokin ditemukan sitokin dalam jumlah tinggi: IL1B, IFNγ, IP10, dan MCP1 serta kemungkinan mengaktifkan T-helper-1 (Th1), Selain itu, meningkatkan T-helper-2 (Th2) cytokines (eg, IL4 and IL10) yang mensupresi inflamasi berbeda dari SARS-CoV. Pada pasien 2019-nCoV di ICU ditemukan GCSF, IP10, MCP1, MIP1A, dan TNFα konsentrasi lebih tinggi dibandingkan yang tidak membutuhkan ICU cytokine storm cytokine storm berkaitan dengan derajat keparahan.
Rekomendasi dan saran, selama wabah sebelumnya akibat coronavirus lainnya (MARS) dan (SARS), penularan dari manusia ke manusia terjadi melalui droplet, kontak, dan muntahan, menunjukan bahwa mode transmisi pada 2019 – nCoV dapat serupa.
Prinsip dasar untuk mengurangi resiko umum penularan infeksi pernapasan akut meliputi : Menghindari kontak erat dengan penderita infeksi pernapasan akut, sering mencuci tangan terutama setelah kontak langsung dengan orang sakit/lingkungannya, orang dengan gejala infeksi pernapasan akut harus berlatih etika batuk (menjaga jarak,menutupi batuk dan bersin dengan tisu sekali pakai atau kain dan mencuci tangan), dalam pelayanan kesehatan tingkatkan praktek pencegahan dan pengendalian infeksi yang standar di rumah sakit terutama di unit gawat darurat.